menulis kaldu untuk orang tuaku


“aku ini terlahir bukan untuk dipilih dan tidak ingin memilih…” isak hatiku.
akupun menjadi tercengang dalam tegang..
“bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan? haruskah begini? begitu?” aku merenung dalam bingung..”mama gak setuju kalau kamu terjun ke dunia seni, apapun itu.. kamu pikir itu bisa jadi masa depan yang menjanjikan?” untaian kalimat itu yang menemaniku dalam kebingunganku..
ahh.. sebegitunya kah dunia ini dimusuhi oleh ‘banyak orang’ ? dan orang tuaku termasuk di dalam daftar ‘banyak orang’ tersebut.. kah?

“ma.. tapi aku ga tau kenapa aku begini.. aku gak bisa berhenti.. bukan maksudku untuk kurang ajar, tapi darah ini kan mama dan papa juga yang memberi.. jadi aku hanya mengikuti saja apa kata hati.. apa aku salah? aku bahkan gak pernah tau cara untuk berhenti mencintai dunia ini, ma.. please ngerti…” rajukku saat berbincangan dengan seorang wanita cantik yang melahirkan aku ke dunia yang tanpa titik.

perbincangan kami kala itu berlangsung tidak begitu nyaman bagiku.. ada kalanya batinku merasa tertekan dan kadang merasa bersalah.. namun perbincangan itu kami akhiri dengan keputusan untuk sama-sama introspeksi dan berfikir lebih lagi sebelum akhirnya nanti kami berdiskusi kembali..
_________________

“kenapa sih lo suka nulis, joo?” pertanyaan dari seorang kawanku yang menyadarkan aku dari lamunan pergolakkan batinku.. sejak tadi ia duduk manis di sampingku, menemaniku dalam kebingunganku, dan aku.. lupa! bahwa ia duduk di sana..
“eh maaf.. maaf.. daritadi gw bengong ya? duh lagi ga connect nih otak gw..” ucapku sebelum menjawab pertanyaannya..
“hmmm… kenapa yaa.. gw jg bingung… suka ajah! gak menjawab ya gw? hehehe” ucapku riang sambil tersenyum senang padahal berusaha tenang..

“gw serius nih, jo.. kenapa sih lo suka nulis? jawab yang bener dong..” katanya kemudian serius tapi santai, tampak dari gerak tubuhnya yang sungguh bersahabat menyambut datangnya kepalaku di pundaknya dengan belaian manja..
kubenahi lagi posisi dudukku, ya kubenahi.. kuteggakkan punggungku, sedikit tertunduk sambil tetap tersenyum.. aku mulai berfikir keras.. namun tak juga kunjung menemukan kata-kata yang tepat.. sampai akhirnya ia kembali mengagetkan aku dengan ucapannya “ehh.. emang segitu sulitnya pertanyaan gw ya? kok kayanya lo mikir lama bgt..”

aku balas dengan senyum, lalu kuputuskan untuk menjawab pertanyaannya sebisaku.. “mmm.. bukan sulit.. tapi gw nih bingung jawabnya.. sejujurnya gw juga gak tau.. gw cuma suka aja.. nulis.. nulis.. iya, suka.. hanya karna suka..”
otakku terus berputar mencari kalimat yang tepat untuk mampu menjelaskan apa yang menjadi maksudku.. “duh.. gw bener-bener bingung jelasinnya.. gw ga menemukan untaian kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang gw rasakan.. gw cuma menjalani begitu saja rasa itu, gw suka nulis, suka.. suka banget.. dan gw cuma terus menulis.. menulis dan menulis.. sumpah, gw gak mampu ngungkapin kenapanya..sorry..”

“haha.. dasar lo! trus emang lo belajar darimana bisa nulis kayak gitu?” kata kawanku yang nampaknya mulai mencoba memahami kesulitanku memberikan pernyataan penjelasan atas pertanyaannya..

ya.. sulit.. sulit sekali.. mencari definisi dan deskripsi dari apa yang aku rasakan tentang rasa sukaku pada dunia tulis menulis..

tak kubiarkan kawanku menanti lebih lama lagi dalam dengung aku yang bingung.. aku tak mau tampak seperti orang linglung.. “yaa.. belajar dari.. dari hati.. ini gw serius loh jawabnya.. gw belajar dari hati.. setiap hari.. setiap sehabis diskusi, gw selalu menemukan inspirasi.. iya diskusi itu sumber inspirasi.. diskusi dengan lo.. dengan yang lain.. dengan alam.. dengan segala makhluk.. yang hidup maupun yang mati.. aneh ya gw?” lalu aku tertawa.. tertawa entah bahagia, entah apa, yang pasti tertawa.. ya tertawa!

“hahaha.. ya elo sih emang aneh.. hahaha.. bercanda gw.. eh, tapi gw beneran nih, lo itu bisa tiba-tiba nulis darimana asal muasal ceritanya?” lanjut kawanku..

aku tertawa lagi “hahaha.. ya siapa juga yang bilang lo gak beneran daritadi? dasarrr!” sambil kudorong sedikit bahunya supaya duduknya tidak kaku dan membeku sambil menatapku dalam perbincangan kami saat itu..

“gw tiba-tiba nulis ya tiba-tiba aja.. namanya juga tiba-tiba.. mana tau gimana?” candaku yang kemudian kulanjutkan dengan kalimat “yang pasti gw cuma menulis.. menulis setiap hari, bermodalkan ketulusan hati..”

kemudian kami lanjutkan dengan canda merdu bagai candu tak berkalbu,
dan ketika hari semakin larut kuakhiri perjumpaan kala itu dengan sepenggal kalimat “Sang Maha itu gila ya, sering kali memberi rasa yang tak mampu diungkapkan oleh asa.. dan kita? hanya bisa menjalani saja..” tak lupa terselip tawa dalam tiap rangkaian kata yang kuucapkan.

lalu kami kembali ke tempat kami masing-masing.
_________________

dan aku kembali merenung sejenak tentang “mengapa menulis itu mampu membuatku hanyut dalam hasrat yang terpuas walau terdengar tragis di telinga ‘banyak orang’ yang menganggap aku autis?”

tapi, lagi-lagi aku hanya menemukan alunanan emosi yang bersenandung riang “mana ku tau.. aku hanya suka dan melakukannya sesukaku.. dan aku rasa tidak salah aku suka karna suka ini cita bagiku..”

semoga papa dan mama membaca dan hatinya terbuka untuk menerima aku apa adanya..
aku yang ingin sekali terus di sini, di dunia ini..
karna aku suka, tak ada duka, selalu ada tawa untuk setiap cerita, dan aku…
bahagia, pa.. ma..!
aku akan buktikan dan aku akan tetap bertahan, tanpa perlu melawan, aku akan cetakkan..
cetakkan prestasi di dunia seni, untuk kalian..
_________________

dan lewat tulisan akan aku bagikan semua yang aku dapatkan, padamu wahai kawan!

aku tak ragu, walaupun orang tuaku kurang setuju,
karna aku akan membuat mereka menjadi setuju, dengan caraku..
toh darah yang mengalir di tubuh ini dan semua yang menjadikan diriku bernyawa ini juga mereka yang memberi, dan satu keyakinan hatiku..
suatu hari nanti, mereka pasti akan berucap setuju..

*terimakasih sahabat elektronikku, tolong kirimkan ini kepada orang tuaku, agar mereka tidak cemburu dan lekas bisiikkan ‘SETUJU’ di telingaku… untukku.. ya, aku, hanya untuk aku!

Leave a comment

  • Joan Arae


    "Art is my breath.. As long as I breathe, Art never dies.."

    A young energetic girl who realizes her existence in this world as a human learner and kept asking in her mind "Why I can't stop thinking & doing here?".

    Gonna be on top! ♥